8/01/2010

Season in the Sun

"Hhh.. Mpi.. Vido jahat, lah sama aku.." rengekku di kelas yang memang pada saat itu belum dimulai.
"Kenapa, ih?? Kamu diapain sama Vido?" tanggapnya, heboh.
"Kenapa, sih dia teh kaya yang gamau lama-lama sama aku?? Cuman nganterin pulang doang, udah, we ga kemana-mana lagi."
"Wahahahahaha.... Bukan gamau, takut dimarahin kali sama mamanya gara-gara pulang telat?!"
Aku kesal. Vido yang sangat asyik dan rame saat PDKT itu ternyata lebih banyak diamnya ketika sudah jadian. Kadang aku teringat waktu pertama ketemu sama Vido.

---Waktu itu sore hari, aku baru pulang dari rumah Mpi. Sebenarnya sih aku tidak langsung pulang. Aku berdiri di depan Apotek ibuku menunggu Vido menjemput. 7-10 menit aku menunggu, akhirnya dia datang juga. Dengan Vario merah, helm biru, dan sepuntung rokok di bibirnya, dia menghampiriku.
"Udah lama nunggu?"
"Ga, ko. Cuman 10 menit-an."
"Ohh.. lama, atuh yah!"
"Oh, segitu teh lama? Kok kamu jam segini udah balik, sih? Bukannya balik jam 6?"
"Iya, aku kabur dari tempat les."
--- Itulah percakapan singkat kami. Aku merasa ingin selalu dekat dengannya seperti sekarang ini. Dia bertubuh tinggi besar, berkulit putih, botak, dan mukanya mesum (wahahah maapin, Bud, kan emang kenyataan :P). Tubuhnya kaku dan tegap. Aku tersenyum sendiri menerka-nerka apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Belok kanan atau kiri?" tanyanya membuyarkan lamunanku.
"Mm, kiri," aku menjawabnya sambil bingung membedakan antara kiri dan kanan.
--- Aku tersenyum saat motornya melewati jalan masuk rumahku. Motornya melaju santai terus ke atas. Aku tetap tersenyum. Semakin lebar.
"Rumah kamu jauh ga ke atasnya?"
--- Aku tak bisa menahan tawa dan, "ga, ko. Rumah aku mah masih di bawah, udah kelewatan. Wahahhahahaha!"
--- Dia menengok kesal ke arahku yang sedang tertawa. "hh.. Aing mah ketipu... Di daerah sini ada tempat nongkrong, ga?"
"Gatau atuh.. Aku mah jarang keluar rumah. :P"
--- Vido memutar balik motornya dan kembali turun ke bawah.
"Kesitu dulu yu!" ajaknya sambil menunjuk lahan kosong yang hanya ada tumpukan besi. Kami duduk di tumpukan besi itu. Tidak ada apapun di antara kami. Hanya udara yang dingin, langit yang gelap, dan alunan musik band Coldplay dari HP Vido yang mengiringi. Sejenak kami menikmati sore yang berganti malam. Ketika Coldplay - The Scientist berganti menjadi The-All American Rejects - Dance Inside, kami memulai percakapan. ---

"Gakan kemana-mana dulu kita?" tanyaku yang sedang dibonceng Vido di belakangnya.
"Emang mau kemana dulu?"
"Ya kemana, kek! Bebas..."
Namun pada akhirnya dia berhenti di depan rumahku. "Jalan-jalannya nanti aja, yah...," katanya sambil tersenyum. Aku turun dari motornya dan menghela napas. Aku tersenyum padanya.
"Makasih yah..."
Aku berlari menuju kamar. Menutup pintu. Terduduk di depan pintu. Air mataku jatuh. Deras dan tiba-tiba. Aku marah pada diriku. Aku kesal pada kenapa-aku-ga-bisa-marah-sama-Vido. Inilah kedua kalinya dia membuatku menangis.

--- HP-ku menyala. Oh, ternyata sms dari Vido. Kita ke atas, yu. mumpung Mama aku lagi pergi ke kondangan. Tapi cuman bisa sampe jam 9. Mau? WAH! Dengan segera aku membalasnya untuk mengatakan iya.
--- Vido menjemputku di depan jalan. Butuh waktu sekitar 30-45 menit untuk sampai ke atas. Sesampainya disana kami duduk bersebelahan. Vido mengeluarkan Oops..! beberapa bungkus dan Marlboro dari saku jaketnya.
"Kamu bekel?" tanyaku sambil melihat dia mengeluarkan 4 snack dari saku jacketnya.
"Hehe.. iya. :P Lumayan gratisan..."
Kami tertawa dan bercanda. Sampai pada akhirnya dia membuatku menangis untuk pertama kalinya karena terharu dan menahan ketawa :: orang macam Vido bisa nembak cewe juga. ---

"Bug, tar latihan yah di rumah aku!" kata Diandra pada jam pelajaran terakhir.
"Yaaaahhh.. Padahal pingin bareng Vido.." sahutku, kecewa.
"Ya udah, minta anterin Vido aja ke rumah akunya."
"Kalo bisa sih dianya juga." Aku berpikir sejenak mengingat hari-apa-ini. "itu juga kalo dia ga skate dulu..."
"Ah, kan bisa nganterin kamu dulu, baru maen skate." sanggah Diandra.
Aku sms Vido, ndut, tar aku latihan di rumah Diandra. bisa kamu anterin dulu, ga? Aku sedikit ragu, tapi tetap saja smsnya dikirim. Tak lama kemudian dia membalas Siap! Sedikit tenang ketika membacanya.
Sesuai dengan janjinya, Vido mengantarkanku ke rumah Diandra setelah aku bawa 'nyasar' sedikit.
"Masuk dulu, yu!" ajakku.
"Ga, deh. Ntar kamu mau balik jam berapa?" tanya Vido saat aku turun dari motornya.
"Gatau atuh. Jam 4-5an paling."
"Hoo.. ya udah tar aku jemput. Ok? Aku sekarang mau maen skate dulu di sekolah."
"Ok deh.. kalo ga bisa jemput juga gapapa, ko."
"Pasti bisa, kok. Kan Delivery Service." katanya sambil tersenyum dan beranjak pergi. Aku hanya terdiam dengan mulut ternganga di depan rumah Diandra dan melihat Vido pergi.

Aku tidak tahu lagi apa yang sedang aku pikirkan. Aku menelepon Mpi dan tiba-tiba ada bisikan Setan yang mendoktrinku macam-macam. Aku mengajak Vido bertemu untuk membuat penyesalan.
Keesokan harinya Mpi menghampiriku yang sedang duduk sendiri di bangku paling ujung ke-2 dari depan.
"Bugi, ih!! Kamu mah! Ko anak-anak pada nyalahin aku sih gara-gara kamu putus sama Vido??!!"
Aku menengok ke arah Mpi dan tersenyum menahan tangis.



~Vido, mungkin aku ga bisa bikin kamu kembali sama aku, apalagi ngulang waktu.
Aku cuman pingin kamu inget kita punya season in the sun bareng.
Terima kasih udah bikin masa SMA aku berwarna.
Loving you as always - Boogeyy~

No comments:

Post a Comment